Husya
Oleh:
Faisal Rahman
Hari itu desa terasa begitu sunyi, karena semua penduduk sedang
asyik di- sawah memetik hasil keringat selama satu tahun, begitu juga dengan
pak Yuri dan istri, mereka sedang memanen padi di- sawah kesayangan mereka yang
terletak di baruh yang agak jauh dari pemukiman penduduk, dirumah, hanya
tinggal Syuro, anak pak Yuri yang berumur 10 tahun. Syuro bermain sendirian
karena di desa itu tak banyak anak-anak, dan tak ada yang berani keluar rumah
jika keadaan desa sedang sunyi seperti ini, Syuro yang asyik bermain dengan
mainan kesayangannya yang dibuatkan pak Yuri dari pelepah pisang tak menyadari
apa yang sedang mengincar dirinya.
Pada saat pak Yuri dan istri pulang dari sawah, keadaan desa sudah
mulai ramai karena penduduk desa juga sudah banyak yang kembali ke pemukiman,
waktu itu sudah sore, keadaan desa pun sudah mulai sejuk karena matahari yang
mungkin malu dengan kehadiran para penduduk mulai bersembunyi dibalik pepohonan
rimbun yang mengitari desa Husya, sehingga para penduduk yang sudah memenuhi
desa itu berusaha menikmati kesejukan desa Husya yang memang selalu terasa
setiap kali hari sudah memasuki sore, pak Yuri yang baru sampai rumah tak
melihat batang hidung Syuro dan berpikir mungkin ia sedang bermain di luar
rumah bersama teman-teman sebayanya.
Begitu selesai membersihkan diri pak Yuri pun keluar untuk
menikmati kesejukan desa yang juga menyejukkan hati seperti halnya penduduk
lain, hingga sinar matahari mulai memerah pertanda hari mulai senja seluruh
penduduk kembali kerumah masing-masing, pak Yuri yang tak melihat keberadaan
Syuro di rumah mulai khawatir, tentu ia sangat khawatir ia tentu takut jika
sampai Syuro mengalami hal yang paling ditakutkan oleh seluruh penduduk desa
ini.
5 tahun terakhir di desa itu sering terjadi hal-hal aneh yang tak
pernah mampu dihentikan oleh penduduk yang hanya manusia biasa. Contohnya 2
tahun yang lalu seorang anak yang bernama Kiko meninggal karena dicekik oleh sesosok
aneh berambut dan perawakan serba hitam di siang hari bahkan dihadapan mata
banyak penduduk, namun mereka hanya bisa memandang tanpa bisa menolong, yang
mereka lakukan pada akhirnya hanya mengurusi jenazah Kiko secara layak tanpa
mampu menuntut balas pada setan itu, karena mereka tak kuasa. Lalu 13 bulan setelah
itu padi hasil sawah para penduduk yang merupakan satu-satunya harapan untuk
bertahan hidup dirampas oleh beberapa sosok hitam bertopeng hingga tak tersisa
yang mengakibatkan penduduk menderita kelaparan selama setahun, lagi-lagi
penduduk tak punya kuasa.
Pak Yuri pun meminta pertolongan kepada semua penduduk desa untuk
mencari Syuro, namun hingga malam semakin larut Syuro tak ditemukan, akhirnya
pak Yuri dan penduduk menyerah dan pasrah bahkan penduduk berharap pak Yuri tak
pernah berpikir bahwa Syuro pernah terlahir ke dunia. Pagi menjelang, pak Yuri
yang selalu dibayangi keadaan anaknya Syuro mencoba untuk pasrah dan menjalani
hidup seperti biasa, sebelum pergi ke sawah seperti biasa pak Yuri selalu Mandi
di sungai desa yang pasang ketika pagi dan surut saat sore sehingga hanya bisa
dipakai untuk mandi pada pagi hari. Di sungai pak Yuri melihat gumpalan aneh
ditengah aliran sungai yang tak terlalu deras, penasaran, pak Yuri pun
memeriksa gumpalan itu, namun mata pak Yuri terbelalak ketika melihat gumpalan
itu, tubuh Syuro, anak pak Yuri, mengapung tak bernyawa diatas sungai dengan
kaki kiri dan bahu kirinya putus bekas gigitan ikan buas, di bekas gigitan luka
itu terdapat cairan hitam pekat yang membuat penduduk tau bahwa itu adalah ulah
dari ikan raksasa berbadan hitam dan bergigi tajam yang sewaktu-waktu muncul di
sungai desa.
Penduduk desa, Pak
Yuri serta istrinya hanya bisa termenung meratapi nasib dan ketidak berdayaan
mereka. Nasib manusia biasa di dunia yang biasa.